PENETAPAN KADAR METAMPIRON
A. TUJUAN
B. LANDASAN TEORI
Analisis volumetri merupakan salah satu metode analisis
kuantitatif yang sangat penting penggunaannya dalam menentukan konsentrasi zat
yang ada dalam larutan. Keberhasilan analisis volumetri ini sangat ditentukan
oleh adanya indikator yang tepat sehingga mampu menunjukkan titik akhir titrasi
yang tepat (Harjanti, 2008).
Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan
konsentrasi yg diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan
sejumlah sampel tertentu yg akan di analisis. Titrasi dapat diartikan larutan
baku diteteskan dari buret kepada larutan dalam erlemeyer yang akan diselidiki
volumenya. Ada beberapa macam titrasi, salah satunya adalah titrasi redoks
yaitu titrasi yang berdasarkan pada perpindahan electron antara titran dengan
analit. Titrasi redoks ada yang dikenal dengan metode iodimetri. Iodimetri
adalah titrasi langsung yang melibatkan larutan iodium. Diantara obat yang
menggunakan metode iodimetri adalah asam askorbat, natrium askorbat, metampiron
(antalgin), natrium tiosulfat dan sediaan-sediaan injeksi (Gholib & Rohman,
2007).
Titrasi iodimetri merupakan suatu proses titrasi secara langsung
dengan menggunakan larutan iod sebagai larutan standarnya. Titrasi Iodimetri
juga menggunakan indicator. Larutan amilum digunakan karena metodenya akurat
dan cepat untuk mengetahui adanya kalium iodat dalam garam. Kalium iodat dapat
dideteksi oleh larutan amilum karena kalium iodat dan amilum bereaksi membentuk
kompleks yang berwarna biru (Saptarini, 2009).
Harga
potensial standar (Eo) pada iodium berada pada daerah pertengahan yaitu iodium
dapat digunakan sebagai oksidator maupun reduktor walaupun pada dasarnya iod
lebih mudah untuk mengoksidasi daripada mereduksi (Idrus, 2013).
Metampiron adalah turunan
pirazolon yang berkhasiat sebagai obat antipiretik-analgesik atau biasa disebut
sebagai
senyawa analgetika non narkotik yang berkerja sebagai analgetika dan
antiinflamasi. Merupakan natrium sulfonat dari aminopirin (Hasibuan, 2009). Metampiron
(C13H16N3NaO4S.H2O)
memiliki bobot molekul 351,4.
Titik lebur metampiron 1720C. Larut dalam 1,5 bagian air, 30 bagian etanol, praktis tidak larut dalam eter,
aseton, benzen dan kloroform. Metampiron
memiliki panjang gelombang serapan maksimum yang berbeda pada pelarut yang berlainan. Metampiron
dan fenilbutason memiliki kemiripan pada struktur molekulnya dan merupakan
kombinasi obat analgetik, antipiretik yang masih ditemukan dipasaran. Telah
diketahui bahwa campuran metampiron dan fenilbutason, mampu membentuk interaksi
molecular berupa senyawa molekular yang melebur in-kongruen (peritektik) jika
diberi perlakuan berupa energy termik. Titik peritektiknya terletak pada suhu
149,80C (Soewandhi, 2007).
Obat yang sering digunakan untuk
menghilangkan radang dan rasa nyeri
adalah obat-obatan analgetika atau Obat Antiinflamasi Nonsteroid (OAINS). Meskipun berkhasiat
menghilangkan radang dan nyeri, obat ini tak boleh
digunakan sembarangan karena jika digunakan bertahun-tahun dengan dosis tinggi, bisa menimbulkan
adiksi, pengeroposan tulang, dan tulang
rawan (Harwati, 2009).
C. ALAT DAN BAHAN
1.
Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini
adalah :
1.
Buret 25 ml
2.
Statif dan Klem
3.
Gelas ukur 100 ml
4.
Erlenmeyer 100 ml
5.
Pipet tetes
6.
Lumpang dan Alu
7.
Corong
2.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum
ini adalah :
1.
Aquades
2.
Larutan iodida 0,1
N
3.
Larutan Kanji 0,5%
4.
Antalgin 500 mg
3. Uraian Bahan
- Asam
Klorida Encer (Dirjen POM, 1979)
Nama
resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM DILUTUM
Pemerian : Cairan; tidak berwarna
tidak berbau.
Bentuk Molekul : 36, 46
Rumus Molekul : HCl
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat : Zat tambahan
- Iodium (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi :
IODUM
Pemerian : Keping atau butir, berat
mengkilat, seperti logam; hitam kelabu; bau khas.
Berat Molekul :
126, 91
Rumus Molekul :
I2
Kelarutan : Larut dalam leih kurang
3500 bagian air, dalam 13 bagian etanol(95%)
P, dalam lebih kurang 80 bagian gliserol
P dan dalam lebih kurang 4 bagian karbondisulfida
P; larutdalam klorofrom P dan dalam karbontetraklorida P.
- Tepung
Kanji (Amilum) (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi :
AMYLUM MANIHOT
Pemerian : Serbuk halus,
kadang-kadang berupa gumpalan kecil; putih; tidak berbau; tidak berasa.
Kelarutan : Praktis, tidak larut
dalam air dingin dan dalam etanol (95%).
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik,
ditempat sejuk dan kering.
Khasiat :
Zat tambahan
- Metampiron
(Antalgin) (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi :
MHETAMPYRONUM
Sinonim :
Antalgin
Berat Molekul :
351,57
Rumus Molekul :
C13H16N3NaO4S.H2O
Rumus Struktur :
Pemerian :
Serbuk hablur; putih atau putih kekuningan.
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup baik
Khasiat :
Analgetikum, antiperetikum
-
Air suling (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi :
AQUA DESTILLATA
Sinonim :
Air Suling
Pemerian : Cairan jernih, tidak
berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa
Berat Molekul :
18,02
Rumus Molekul :
H2O
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup baik.
D. PROSEDUR KERJA
1.
Pembuatan Indikator Larutan Kanji
-
Ditimbang 0,25 gram dan dimasukkan
kedalam gelas ukur 50 ml
-
Diencerkan dengan air sebanyak 50 ml di dalam
labu takar
-
Dimasukkan kedalam gelas ukur lalu
dipanaskan dengan menggunakan hot plate
Larutan
kanji 0,5 %
2.
Penetapan Kadar Sampel
-
Digerus hingga halus
-
Ditimbang sebangak 400 gram
-
Ditambahkan HCl 5 ml dan dilarutkan
dengan aquades sampai 50 ml
-
Digojok hingga homogen
Larutan Antalgin 50 ml
Larutan Antalgin 50 ml
-
Dipipet 10 ml dan dimasukkan kedalam
Erlenmeyer 250 ml
-
Diteteskan indikator larutan kanji 0,5 %
-
Dititrasi dengan larutan I2
0,1 N sampai berubah warna menjadi biru mantap
-
Diulang prosedur di atas sebanyak 3 kali
V1 = 1,3 ml
V2 = 1,2 ml
V3
= 1,0 ml
E. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel
Pengamatan
Perlakuan
|
Volume titran yang terpakai
|
|
400 mg Antalgin + 5
ml HCl 0,01 M, diencerkan dengan air sampai volumenya 50 ml
10 ml larutan
Antalgin + 1 pipet larutan kanji, kemudian dititrasi dengan larutan I2
0,1 N. Diulang sebanyak 3 kali
|
V1
= 1,3 ml
V2
= 1,2 ml
V3
= 1,0 ml
|
|
Diketahui : Volume I2
V1 = 1,3 ml
V2 = 1,2 ml
V3
= 1,0 ml
NI2 = 0,1 N
BE = 16,67 mg
Berat
Sampel = 400 mg
Ditanyakan : Kadar Metampiron = . . .?
Penyelesaian :
-
Menentukan V rata-rata I2
V rata-rata =
= 1,3 + 1,2 + 1,0
= 3,5/3
=1,16 ml
-
Menetukan mg sampel
Mg
sampel =
=
= 80 mg
-
Menetukan Kadar Metampiron
Kadar metampiron =
Kadar metampiron =
=
2,4 %
3.
Reaksi
CH3 CH3
N N
C6H5 CH3 C6H5 CH3
H2O + NaSO3 + CHOH
SO3Na HCL
O N CH2 O NH
CH3 CH3
NaHSO3 + I2
+ H2O NaHSO3 +
2HI
F. PEMBAHASAN
Iodimetri
merupakan metode titrasi yang penentuan atau penetapannya berdasar pada jumlah volume
I2 yang bereaksi dengan sampel. Iodimetri termasuk titrasi redoks
dengan I2 sebagai titran. Penentuan kadar Metampiron dengan metode
titarsi iodimetri ini didasarkan pada prinsip tereduksinya analit oleh I2
menjadi ion I-. Pada umumnya sebelum melakukan titrasi, larutan I2
distandarisasi terlebih dahulu menggunakan larutan standar primer. Biasanya I2
dilarutkan dalam larutan KI, ini disebabkan kelarutan iodine dalam air nilainya
kecil, dengan demikian dalam keadaan sebenarnya yang dipakai untuk titrasi
adalah larutan I3.
Metampiron adalah suatu derivat Pirazolon yang
mempunyai efek analgetika-antipiretika yang kuat. Dengan penambahan Tiamina
mononitrat, efek analgetiknya diperkuat lagi khusus untuk menghilangkan rasa
nyeri yang berhubungan neuritis. Efek samping dari obat ini
adalah pada pemakaian yang teratur dan untuk jangka
waktu yang lama, penggunaan obat-obat yang mengandung Metampiron kadang-kadang
dapat menimbulkan kasus agranulositosis. Untuk mendeteksi hal tersebut, selama
penggunaan obat ini perlu dilakukan uji darah secara teratur. Jika gejala
tersebut timbul, penggunaan obat ini harus segera dihentikan. Efek samping lain
yang mungkin terjadi adalah methemoglobinemia, erupsi kulit, seperti pada kasus
eritematous disekitar mulut, hidung
dan alat kelamin. Reaksi hipersensitif reaksi pada kulit.
Pada
percobaan ini, digunakan metampiron sebanyak 400 mg yang akan dititrasi
dengan menggunakan larutan iodin. Dalam percobaan ini
digunakan amilum sebagai indicator, dalam hal ini yaitu larutan kanji yang
telah dilarutkan dalam air. Kegunaan kanji sebagai indicator bertujuan untuk
mengetahui batas penanda berakhirnya titrasi dengan larutan iodium. Penambahan pati
juga berfungsi
membentuk kompleks berwarna biru dengan I3-. Keunggulan pada
pemakaian kanji ini yaitu bahwa harganya murah, namun terdapat
kelemahan-kelemahan yaitu bersifat tidak dapat larut dalam air dingin, ketidakstabilan
suspensinya dalam air,
dengan iod
memberi suatu kompleks yang tak dapat larut dalam air, sehingga kanji tidak
boleh ditambahkan terlalu dini dalam titrasi. Sebelum dititrasi, terlebih dahulu metampiron
dilarutkan dengan aquades dan HCl 0,01 N. Penambahan 0,01
N HCl dilakukan untuk meningkatkan keasaman Metampiron, karena dalam titrasi
iodimetri dilakukan dalam keadaan asam. Telah diketahui bahwa
dalam metode titrasi, larutan yang diuji akan ditetesi dengan menggunakan
larutan yang merupakan kebalikan dari asam-basanya. Untuk itulah perlu
dinaikkan keasaman dari larutan metampiron tersebut. Metampiron
digunakan sebagai titrat, sementara iodin digunakan sebagai titran. Penetapan
metampiron pada percobaan ini dilakukan dengan analisis iodometri yang
merupakan reaksi oksidasi reduksi. Iodometri dilakukan terhadap zat yang
potensial reduksinya paling rendah dari sistem larutan iodium. Warna dari
sebuah larutan iodin 0,1 N cukup intens sehingga iodin dapat bertindak sebagai
indikator bagi dirinya sendiri. Iodin juga memberikan warna ungu atau violet
yang intens untuk zat-zat pelarut seperti karbon tetraklorida dan kloroform dan
terkadang kondisi ini dipergunakan dalam mendeteksi titik akhir dari titrasi-titrasi.
Namun, pada percobaan iodimetri kali ini kita menggunakan larutan kanji sebagai
indikator.
Dalam percobaan titrasi kali ini, larutan titrat yakni
Metampiron menghasilkan warna merah muda keunguan. Namun menurut teori yng ada,
larutan Metampiron yang dititrasi dengan Iodin mengunakan indikator kanji akan
menghasilkan warna biru gelap pada larutan. Kelarutan dari
iodin meningkat lewat kompleksasi oleh iodida kemudian mengoksidasi metampiron
(NaHSO) menjadi suatu senyawa, yakni NaHSO4. Seharusnya titik akhir dari reaksi ini
diindikasikan oleh reaksi dari iodin dengan larutan pati yang akan membentuk
warna biru gelap. Selama metampiron masih terdapat dalam larutan, triiodida
secara cepat dikonversi menjadi ion iodida sehingga tidak ada warna biru gelap
yang terbentuk dari reaksi antara iodin - pati. Namun ketika metampiron telah
dioksidasi, maka triiodida berlebih dalam kesetimbangan dengan iodin akan
membentuk warna biru gelap akibat reaksi dengan pati.
Adanya kesalahan dalam percobaan ini kemungkinan besar disebabkan oleh
kesalahan pada saat pembuatan Indikator atau sampel yang digunakan sudah tidak
steril, dalam hal ini yaitu sampel yang telah terkontaminasi dengan zat lain.
Pada percobaan ini
penetapan kadar metampiron yang telah dilakukan, tidak dapat ditentukan berat
equivalennya karena tidak dapat diketahui mol titran dan titratnya, sehingga
yang dapat diukur hanyalah titik akhir titrasi saat mengalami perubahan warna.
G. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dalam
percobaan ini yaitu didapatkan kadar metampiron pada sampel obat Antalgin
adalah 2,4 %.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013, Penuntun Praktikum Kimia Analisis I, Universitas
Haluoleo, Kendari.
Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Depatemen Kesehatan RI, Jakarta.
Gandjar, Golib Ibnu, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Harjanti, Ratna Sri, 2008, Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Curcuma domestica
val.) dan Pemakaiannya Sebagai Indikator Analisis Volumetri, Jurnal
Rekayasa Proses, Vol 2.No.2.
Harwati, CH Tri, 2009, Khasiat jahe bagi kesehatan tubuh manusia, Jurnal inovasi pertanian, Vol. 8. No.1.
Hasibuan, Sri Romaito, 2009, Pengaruh Pemberian Vitamin C terhadap Efek Analgetika
Metampiron pada Marmut (Cavia cobaya), Skripsi, Fakultas Farmasi Univesitas Sumatra Utara, Medan.
Idrus, Rosita ,dkk, 2013, Pengaruh suhu aktivasi terhadap kualitas karbon
aktif berbahan dasar tempurung kelapa,
Jurnal Prisma fisika, Vol.1.
No.1.
Saptarini, dkk,
2009, Perbandingan Hasil Penetapan Kadar Kalium Iodat Dalm Garam Dengan
Menggunakan Metode Iodimetri dan Spektrofotometri Ultra Violet, Jurnal
Farmaka, Vol.7 No. 2.
Soewandhi, Sundani
Nurono, dkk. 2007. Pengaruh Milling Terhadap Laju Disolusi Campuran
Metampiron-Fenilbutason (7:3). Majalah
ilmu kefarmasian, Vol. 4. No.2.
1 komentar:
makasih ya infonya,, bermanfaat untuk referensi laporan saya :)
salam kenal
Posting Komentar